Kamis, 19 Februari 2009

Pertarungan dalam Kekerabatan

Oleh Aryo Wisanggeni G dan Nasrullah Nara

SEKRETARIS Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini membeberkan sejumlah alasan, kenapa dia menyebut Sulawesi Selatan (Sulsel) I sebagai daerah pemilihan (dapil) neraka, termasuk banyaknya kerabat Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo yang ikut bertarung memperebutkan delapan kursi di DPR, Senayan, Jakarta.

Pernyataan Anis bukan tak berdasar. Di dapil ini memang berjejer anggota keluarga besar Limpo. Sebutlah itu Dewie Yasin Limpo, adik Gubernur yang menjadi calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Hati Nurani Rakyat (Nanura), Indira Chunda Thita Syahrul, putri Gubernur yang menjadi caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN), dan Susilo MT Harahap, saudara ipar Gubernur yang menjadi caleg dari Partai Golkar.

”Tantangan itu saja berat. Belum lagi calon incumbent (yang masih menjabat), seperti Abdul Hadi Djamal dari PAN,” kata Anis. Pada Pemilu 2004 Abdul Hadi melenggang ke Senayan dengan meraih 15,5 persen bilangan pembagi pemilih (BPP).

Selain itu, Partai Golkar juga memajukan kembali Anwar Arifin, meskipun berada di nomor urut sembilan. Pada pemilu lalu Anwar menjadi anggota DPR dengan raihan 30,9 persen BPP. BPP Dapil Sulsel I pada Pemilu 2004 adalah 250.624 suara.

Tokoh lokal

Selain itu, istri Bupati Sinjai yang menjadi caleg Partai Republika Nusantara, Felicitas Tallu Lembang R Asapa, pun turun meramaikan perebutan kursi di Dapil Sulsel I. Namun, PKS tidak gentar bertarung. Di Dapil Sulsel I itu PKS justru berambisi mendulang tiga kursi Senayan.

”Pemilihan Gubernur Sulsel dan pemilihan Wali Kota Makassar belum lama ini jelas menunjukkan partisipasi pemilih di Dapil Sulsel I rendah, hanya sekitar 54 persen. Kami menyimpulkan, pemilih Dapil Sulsel I beralih dari pemilih feodalis menjadi pemilih realistis. Dengan kampanye dialogis, kami optimistis 46 persen pemilih yang selama ini tidak ikut memilih akan memberikan suaranya kepada PKS,” kata Anis.

PKS berusaha mencuri simpati pemilih rasional sehingga ancang-ancang PKS merebut tiga kursi Senayan tentu tidak bisa dipandang enteng. Partai lain mesti waspada.

Tentu saja, target yang jauh di atas perolehan kursi PKS pada 2004 itu, total dua kursi dari dua dapil di Sulsel, membuat persaingan semakin ketat. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Sulsel, Amir Madjid, mengakui beratnya rivalitas di Dapil Sulsel I.

”Dibandingkan Dapil Sulsel II dan Dapil Sulsel III, persaingan di Dapil Sulsel I memang lebih berat. Hal itu karena banyak nama berpengaruh di sana. Jangankan rivalitas dengan caleg partai lain, rivalitas di antara caleg dari partai yang sama pun semakin kuat,” kata Amir lagi.

Ada dua caleg PDI-P yang menambah panasnya persaingan di dapil ini. Mereka adalah Mawang BS Palaguna dan Yunus Baso. Mawang adalah putra Gubernur Sulsel periode 1993-1998 H Zainal Basrie Palaguna. Palaguna adalah mantan gubernur yang melegenda dan masih berpengaruh di Sulsel.

Yunus adalah politikus tulen PDI-P yang berakar ke bawah, dan kini menjadi anggota DPRD Sulsel. ”Dua orang itu yang kami harapkan mampu meraih sebanyak mungkin suara bagi PDI-P,” kata Amir. Realistis dengan panasnya pertarungan Dapil Sulsel I, PDI-P menargetkan satu kursi dari dapil ini, seperti raihan pada pemilu lalu.

Ketua DPD Partai Golkar Sulsel, Ilham Arief Siradjuddin, yang menargetkan empat kursi Senayan dari Dapil Sulsel I justru tidak khawatir bersaing di dapil ini. ”Memang di sini banyak nama terkenal. Tetapi, kami optimistis bisa meraih empat kursi dari Dapil Sulsel I karena caleg kami, Ambas Syam, cukup gesit bersaing. Caleg perempuan kami, Oelfah A Syahrullah Harmanto, Notrida Mandica Nur, dan Heryani juga akan bisa meraih suara pemilih Dapil Sulsel I,” kata Wali Kota terpilih Makassar itu.

Baginya, tantangan terberat Partai Golkar justru mempertahankan dominasinya atas daerah yang masuk Dapil Sulsel II, yang meliputi Kota Parepare, Kabupaten Sinjai, Bone, Maros, Bulukumba, Pangkajene Kepulauan, Barru, Soppeng, dan Wajo. ”Daerah itu selama ini adalah pendukung Partai Golkar. Namun, sekarang ada banyak kompetitor yang menempatkan caleg berpengaruh di dapil itu,” katanya lagi.

Namun, caleg Partai Golkar Dapil I Sulsel, Natsir Mansyur, tak pernah gentar melihat ketatnya persaingan di daerah turatea ini. Selama 25 tahun malang melintang sebagai pengusaha daerah hingga menembus skala nasional dan global, ia yakin menguasai masalah perekonomian Sulsel dan kelak melenggang ke Senayan. ”Pemilih tak lagi semata terpaku pada partai, tetapi sosok siapa yang bertarung,” katanya.

Dapil II juga seru

Selain Sulsel I, perebutan sembilan kursi DPR di Dapil Sulsel II, yang diperebutkan 158 caleg, juga diperkirakan ketat. Sejumlah partai yang disebut Ilham sebagai saingan berat, antara lain PAN, PKS, dan Partai Demokrat. Di Dapil Sulsel II, PAN menempatkan Andi Yuliani Paris. PKS menaruh Tamsil Linrung, dan Partai Demokrat mencalonkan Mohammad Jafar Hafsah.

”Jafar Hafsah memiliki basis kuat di Dapil Sulsel II karena ia orang dari sana. Andi Yuliani adalah politikus yang dikenal, begitu pula Tamsil Linrung. Kami menempatkan Malkan Amin dan Syamsul Bachri S yang berpengaruh di sana, dan menargetkan empat kursi dari Dapil Sulsel II. Setiap partai memang memiliki kekuatan masing-masing di Dapil Sulsel II,” kata Ilham.

Perkiraan Ilham, Dapil Sulsel II bakal panas ada benarnya. PDI-P hanya mematok satu kursi, tetapi Anis Matta menyatakan bahwa PKS akan merebut tiga kursi dari dapil yang selama ini menjadi ladang suara bagi Partai Golkar tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar